BALI INDONESIA
DESA PENGLIPURAN
Desa Wisata yang Akrab pada Tuhan, Lingkungan, dan Jiran
LOKASI Bangli, Bali
ARSITEK Masyarakat Desa Penglipuran
LUAS 112 hektare
TAHUN DIBANGUN Sebelum 1992
Desa Penglipuran merupakan desa adat yang diresmikan menjadi desa wisata tahun 1992. Masyarakat Desa Penglipuran sejatinya merupakan masyarakat modern yang tetap mempertahankan nilai-nilai budaya.
Desa Penglipuran berdiri secara bottom up (gotong royong) dari masyarakat dan menjunjung tinggi falsafah Tri Hita Karana. Falsafah ini diterapkan pada konsep Tri Mandala yang secara makro membentuk aksis yang membentang, membentuk Utama Mandala—tempat Pura Penataran sebagai tempat peribadatan utama, Madya Mandala—tempat perumahan dan Balai Banjar
Adat, dan Nista Mandala sebagai tempat kuburan. Pekarangan rumah warga pun juga mengimplementasikan konsep tersebut.
Untuk menyesuaikan topografi wilayah dan menerapkan Tri Hita Karana, diadakan daerah resapan antar desa berupa hutan bambu atau kayu dengan luasan 40% dari total 112 hektare kawasan Desa Penglipuran. Selain untuk daerah resapan, hutan juga berfungsi sebagai sumber oksigen, pencegah erosi, sumber material bangunan, dan sumber mata air bagi warga desa. Atap rumah di Desa Penglipuran secara umum menggunakan material bilah bambu yang ditumpuk, dengan bambu yang berasal dari hutan bambu daerah resapan.
Rumah adat di Desa Penglipuran menggunakan konsep Sanga Mandala yang membagi ruang menjadi 9 grid. Penataan fungsi ruang di tiap kotak di dalamnya berpegang pada arah mata angin, letak gunung (kaje), dan letak laut (kelot). Tiap pekarangan memiliki ukuran yang berbeda karena tidak diukur secara metrik melainkan menggunakan rentangan tangan pemilik rumah.
Comments